ISLAM


Betul, bahwa tema kepemudaan adalah tema yang selamnya hangat diketengahkan. Apalagi jika dipersempit menjadi pemuda Islam. Belum lagi jika bahasannya utamnya adalah sahabat Rasulullah. Membacanya tidaklah melahirkan kecuali decak kekaguman, lantaran romantisme sejarah yang mereka “cipta” dalam hidup yang begitu indahnya.
Tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang membentuk pribadi yang tangguh dan kokoh serta matang dalam berpikir. Keadaan yang menakjubkan bagi siapa saja yang ingin membaca sejarahnya. Keadaan yang tak akan pernah ditemukan baikpra maupun pasca kehidupan mereka ridhwanullahi alaihim jamian.
Allah SWT berfirman:
“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan yang mengikutimereka dengan bak, Allah ridha kpada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Alah menyediakan bagi mereka jannah (surga) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal selamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS.at-Taubah:100).
Keimanan yang tak tergoyahkan

Siapa pun orangnya, akan salut ketika menoleh ke belakang membaca kembali perjalan kehidupan mereka. Hidupnya adalah berkah dan kematian (syahidnya) adalah cita-cita.
Umar bin Khattab memohon agar dikaruniai syahadah fi sabililah, walaupun putri beliau yang sekaligus Istri Rasulullah, ummul mu’minin
Hafshah menganggap doa tersebut sangat kecil peluangnya terjadi ketika itu.
Begitulah para sahaba. Mereka adalah yang memahami betul makna hidup. Bahwa Hidup adalah tantangan yang mesti dihadapi, bukan dihindari. Bahwa untuk enjadikan hidup lebih hidup, kuncinya hanya satu yaitu hidup dalam naungan keridhaan Allah.
Seandainya keimanan mereka diibaratkan, maka imannya laksana emas murni yang tak lekang oleh panasnya ujian. Musibah yang bertubi-tubi menimpa mereka adalah puncak pembuktian bahwa mereka memang manusia pilihan. Siksaan yang seolah menjadi warna yang mendominasi hidup mereka adlah taruhan kalau memang mereka adalah “manusia-manusia langit”.

Yasir, Sumayyah dan puteranya Ammar sudah cukup untuk kita mengagumi keteguhan iman mereka. Tragedi penyiksaan yang dialami Yasir sekeluarga - dalam mempertahankan keimanan- sungguh mengharukan dan membuat hati trenyuh. Keimanan mereka diuji dengan tubuh yang mesti koyak oleh siksaan kafir Quraisy. “Bersentuhan” dengan padang pasir Makkah yang sangat panas adalah rutinitas keseharian yang ditimpakan oleh orang-orang yang tidak senang kepada keislaman mereka. Namun, begitulah keimanan yang tertancap kokoh dalam sanubari. Siksaan yang menghadang mereka, sebesar apapun, tidak ada artinya sama sekali bagi mereka. Karena mereka paham, bahwa di balik kisah tragis itu, tangan-tangan halus sang bidadari senantiasa melambai untuk mereka. Sungguh sangat pantas kalau tubuh mereka dihargai dengan jannah.

Itulah sahabat Rasulullah. Bukan hanya harta yang mereka persembahkan demi Islam, bahkan nytawa pun siap dikorbankan. Tidak ada kata yang diucapkan setelah mengikrarkan keislaman, kecuali sami’na wa atha’na (kami mendengar dan kami menaati).

Comments :

0 comments to “ISLAM”

Post a Comment